Assalamualaikum Wr.Wb
Halo gaes gmana kabar ? sudah lama ini gak pernah cuap cuap di blog… pasti pada kangen to ?? yakin aku ckckck …. Sehatkan gaes ? Harapan selalu sehat menyertaimu ya gaes ….. Sanadyan ( walaupun ) agak sakit tetap semangat gaes
Sebelum banyak cerita alias ngebret aku panggil kalian apa ya ? follower ? kayak gue itu artis aja … apa aku panggil kalian penonton ? kayak gue orang gila aja elo tonton .. apa aku panggil kalian omnivore kayak di stand up comedy itu tapi dah terlalu maenstrem … ya sudah aku panggil kalian aja say biar lebih akrab hahahah jangan dimasukan hati lo … remember it …
Sebetulnya aku tuh bingung mau nulis apa ?? cie ile aku .. gak bias gue pake kata kayak gitu biasanya aku itu menggunakan kata kulo hahahahah ….. forget it … Jujur saja kali ini aku cerita aja biar agak longgaran ini pikiran hahaha maklum seorang spikolog itu katanya harus mengerti orang lain but terus siapa yang mau mengerti spikolog itu ? daripada gue stress sendiri eh ,,, kok gue …. Aku yang betul….
Kita flash back ketahun 2012 kurang lebih itu tiga tahun yang lalu merupakan masa kejayaan majapahit.. kayak patih gajah mada aja yang di pajang dilapangan hitam watukosek …. Pasti kalian gak tau kan ?? iya deh jujur aja gakpapa kok … gak usah nyembunyian perasaan kalian gitu say lepaskan aja kayak aku ini lo, yang nulis cerita gak jelas ini dan yang lebih gabutnya lagi kalian baca …
Cuss tahun 2012 .. awal kisah tanggal Bulan Juni jujur mungkin itu pengalaman 1st time ku ngungkapin perasaan karena aku tipikal yang introvert masalah asrama eh …. Asmara gaes …. Kalau dibidang organisasi apa public speaking jangan Tanya … beda jauh sama asmara gak tau kenapa ? ada bingung apalagi saya… masih inget gak ? di lapangan basket sekolah dibawah pohon (eits bukan pohon mahoni lo … but pohon ringin ) hahaha sama aja keles … itu pertama kali aku ungkapin untuk mau jadi TTM ku sebetulnya maksu dari TTM itu adalah pacar tapi gak berani ucapin itu karna takut akan putus mungkin itu kesalahanku L lanjut saja masalah asrama itu gak usah terlalu dibahas ntar ujung2ya Cuma gala uterus berdiam diri dibukit book sambil nengok dari gardu pandang scenery jogja trus ndengerin manusia terbodoh,butiran debu dan setia cieee…. Galau bos .. iya cinnn L
Setelah bulan juni itu datanglah perpisahan dan rekan2 gile gue yang luar biasa yang pernah dicengin salah satu guru yang luar biasa yang bernama Mr.Herlin yang pernah ngendiko like that ,” Blekok kepada Susan ( UNY ), nek aku dadi wali kelas II ra bakal tak unggahke ( IPDN ), Anaku ra bakal tak jenengi Sendi ( STAN/POLRI ) dan masih banyak yang lain yang gak kalah nyesek lagi adalah ketika Bu guyu ku yang satu ini wali kelas tercinta pernah ngomong kayak gini,”Dua mengapung (Thoriq/UGM,Zulfi/UGM) dan yang lain tenggelam (semuanya gaes) apa gak nyesek dikataain tenggelam kapal selam kali … hahaha
Terus punya satu guru kimia yang luar biasa dan guru B.Ingg yang selalu bilang ,’you can do it, I believe you can, you are so smart etc” pokoknya kangen gaes waktu2 itu dan masih banyak guru yang lain kayak guru seni tari yang ketika ngajar pasti nyeloroh … ritme dan tempo hapalan gerakan … asik lah pokoknya masa itu
Singkat cerita waktu itu malam perpisahan 2012… unforgettable memory, why ? karena waktu itu kan disuruh ama panitia buat maju kedepan mimbar tuh … otomatis gue yang tipikal eksrtofet  nyablak aja ngomongnya… salah satunya ngomong kayak gini ketika pak Suwardi Suryodiningrat panggilan akrab anak2 waktu itu yang sebetulnya bernama bp Suwardi,Spd pernah aku ngomong kalau pak wardi ngerjain satu rumus aja bias dijabarkan menjadi sepapan tulis gae semisal ax+b=c nah rumus yang sesimpel itu ketika dipegang oleh bp wardi bisa njadi seblabak huawhhh … capek deh … terus kalau bp Herlin pasti yang bikin grogi adalah ketika elo ngerjain tugas matematik dan gak bias dan yang lebih apesnya lagi ditunggu sambil speak koyo ngomo we gak iso …dan dibawah garis kemiskinan and yang lebih eloknya lagi TOLONG LIAT AKU DAN JAWAB PERTANYAANKU …. Huawhh apes dah kalau begitu …
Singkat cerita itu moment yang gak akan pernah kulupakan sepanjang hidup .. hiks2 karena 3 tahun bersama jadi TONTILAH ,OSIS, KARAWITAN,PRAMUKA,LCC dan banyak banget dah maklum cari kesibukan biar gak galau dan merana.Pasti lo bakal ngerasain kangen waktu emas jaman SMA yang tiap minggunya Cuma jalan-jalan kepantailah,kegunung,kecandi yang penting gratis dan enjoy… kangen kawan ..apalgi dulu pernah ada yang ngomong trio cicak allya kedengerannya tapi itu trio yang megang saka hahahah bukan geng itu Cuma orang gak mutu yang dikasih kekuasaan gak jelas diOsis …
Bnyak kisah diwaktu Osis kalau dijelasin bias berjuta-juta ketikan dan males bingo aku ngetiknya kawan kalau mau ktemu aja dan sharing-sharing with me janjian dimana gitu ? itu dulu yang aku ceritain ya gaes… kapan2 kita jumpa lagi kangen ya ? pasti lah … salam hangat dan peluk mesra eits … hahahah

PANTAI SEPANJANG “ KUTE “ nya JOGJA

Bila ingin bernostalgia menikmati nuansa Pantai Kuta tempo doeloe, Pantai Sepanjang adalah tempat yang tepat. Sepanjang memiliki garis pantai yang panjang, pasir berwarna putih yang masih terjaga, dan ombak yang sedang. Anda tinggal memilih, ingin berjemur di atas pasir menikmati terik matahari, membelah ombak dengan papan selancar, ataupun hanya melihat keindahan pantai. Semuanya bisa Anda nikmati begitu tiba di pantai yang berjarak beberapa kilometer dari Pantai Sundak ini.

Pantai Sepanjang merupakan salah satu pantai yang baru dibuka. Nama "Sepanjang" diberikan karena ciri khas pantai ini yang memiliki garis pantai terpanjang di antara semua pantai di Kabupaten Gunung Kidul. Suasana pantai ini sangat alami. Bibir pantai dihiasi tumbuhan palem dan gubug-gubug beratap daun kering. Karang di wilayah pasang surut pantai pun masih terawat. Hempasan ombak masih memantulkan warna biru menandai air laut yang belum banyak tercemar. Dengan suasana itu, tak salah bila pemerintah daerah maupun investor berencana menjadikan pantai ini sebagai Pantai Kuta kedua.

Suasana alami itulah yang menjadikan Pantai Sepanjang lebih dari Pantai Kuta. Sepanjang tidak menawarkan hal-hal klise seperti beach cafe dan cottagemewah, tetapi sebuah kedekatan dengan alam. Buktinya, anda akan tetap bisa menggeledah karang-karang untuk menemukan berbagai jenis kerang-kerangan (Mollusca) dan bintang laut (Echinodermata). Anda juga tetap bisa menemukan limpet di batuan sekitar pantai dan mencerabut rumput laut yang tertanam. Tentu dengan berhati-hati agar tak tertancap duri landak laut. Jelas kan, Anda tak akan menemuinya di Pantai Kuta?

Kebudayaan masyarakat pantai juga masih sangat kental. Tak ada bangunan permanen di pinggir pantai, hanya beberapa gubug yang ditinggali oleh masyarakat setempat. Masih di pinggir pantai, terdapat ladang yang digunakan penduduk untuk menanam kedelai. Pantai yang landai dan langsung diterpa ombak menyebabkan tak ada penduduk yang melaut. Bila melihat ke belakang, akan tampak dua buah bukit yang bagian lerengnya digunakan penduduk setempat untuk menanam jagung sebagai sumber makanan pokok. Tanah di puncak bukit tersebut telah dibeli oleh investor untuk dibangun sebuah villa yang harapannya bisa digunakan sebagai penginapan wisatawan.

Sepanjang juga memiliki situs bersejarah, yaitu Banyusepuh. "Banyu" berarti air dan "sepuh" berarti basuh atau membasuh. Sesuai namanya, tempat yang tadinya berupa mata air ini digunakan untuk membasuh atau memandikan. Penggunanya konon adalah para wali yang biasanya membasuh pusakanya. Situs ini tak akan diketahui keberadaannya bila tak bertanya ke penduduk setempat. Ketika YogYES melihat, situs ini hanya tinggal kubangan kering yang ditumbuhi tanaman liar.

Capek berkeliling, maka istirahatlah. Gubug-gubug yang berada di pinggir pantai biasanya digunakan penduduk untuk menjual makanan dan minuman yang sekiranya cukup untuk melepas lapar dan dahaga. Disediakan pula lincak(tempat duduk yang disusun dari bambu) untuk tempat ngobrol dan menikmati semilirnya angin pantai. YogYES sempat merasakan betapa sejuknya berteduh di bawah gubug. Kalau senja tiba, tengoklah ke barat untuk menyaksikan kepergian matahari. Walau kini belum ada villa, namun penduduk setempat cukup terbuka bila ada yang menginap.

Soal oleh-oleh jika pulang, pengunjung tak perlu berpusing-pusing mencari. Bukankah oleh-oleh tak harus selalu berbentuk makanan? Beberapa penduduk yang tinggal beberapa kilometer dari pantai sudah membuat kerajinan tangan berbahan dasar cangkang kerang-kerangan yang kemudian dipasarkan oleh penduduk pantai. Meski tak sekomersil di Malaysia, kerajinan tangan yang dibuat oleh penduduk cukup bervariasi. Ada kreasi berbentuk kereta kencana, orang-orangan, barong, jepitan, ataupun yang hanya sekedar dikeringkan dan dipendam di dalam pasir. Beberapa di antaranya dilukis sederhana menggunakan cat. Harganya pun tak mahal, cuma Rp 5.000 per biji.

Harga kerajinan yang murah tak berarti bernilai rendah. Kerajinan berbahan dasar Mollusca sebenarnya memiliki nilai historis yang besar. Jika pernah membaca buku ataupun artikel tentang Conchology, Anda akan mengetahui bahwa kerajinan tersebut adalah bentuk kebudayaan maha tinggi yang berkembang di masyarakat pesisir. Orang-orang Hawaii di Amerika Serikat, Kepulauan Melanesia, atapun Maori di Selandia Baru mengembangkan kerajinan serupa. Mereka merangkai cangkang kerang-kerangan menjadi kalung, rok, ikat pinggang, hingga memahat dan melukisnya menjadi seni rupa maha dahsyat.

Apabila uang di dompet sedang mepet, pengunjung dapat mengkoleksi cangkang yang ada di pinggiran pantai. Benda kecil ini dapat menjadi hadiah menarik bila diproses lebih lanjut. Ambil beberapa buah cangkang yang masih utuh kemudian masukkan dalam kantong plastik. Sesampainya di rumah, belilah tembakau atau mint dan campurkan dengan alkohol 90%. Setelah direndam sehari semalam, ambil cangkang dan gosok perlahan. Langkah itu akan menghilangkan lapisan kapur pada cangkang sehingga yang tinggal hanya lapisan tengahnya saja (lapisan prismatik). Gosokan akan membuat warna cangkang lebih cemerlang.

Nah, sangat menarik bukan berwisata di tempat Sepanjang? Jadi, tunggu apa lagi? Anda tinggal melaju dengan sepeda motor atau menginjak pedal gas mobil Anda. Tak usah menggubris naik turunnya medan ataupun jalan bebatuan menuju pantai ini sebab keindahan alam dan budaya yang akan dinikmati jauh lebih dari pengorbanan Anda. Percayalah, semua akan terbayar dan Anda pun akan berkata seperti salah seorang turis asal Belanda yang ditemui YogYES, "Ini betul-betul si Kuta baru. Banyak pantai di sini dan Bali sudah sangat turistik, tapi di sini pantai tenang. Sangat menyenangkan." (YogYES.COM)

Pariwisata Prambanan

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah.

Ada sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa tentang candi ini. Alkisah, lelaki bernama Bandung Bondowoso mencintai Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, Jonggrang meminta Bondowoso membuat candi dengan 1000 arca dalam semalam. Permintaan itu hampir terpenuhi sebelum Jonggrang meminta warga desa menumbuk padi dan membuat api besar agar terbentuk suasana seperti pagi hari. Bondowoso yang baru dapat membuat 999 arca kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga "istri Siwa", Agastya "guru Siwa", dan Ganesha "putra Siwa". Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu yang berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna "kakak Garuda yang terlahir dengan cacat karna mencuri Tirta Amerta "air suci para dewa".

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup. Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning bahsa latin nya Cacatua sulphurea yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.


 

Copas dari http://tiar-wisata.blogspot.com/2009/05/prambanan-jogja.html

Foto2 Obyek Wisata Jogja







Obyek Wisata Di JOGJA


Ada dua jenis candi di Indonesia, candi Hindu dan candi Budha. Sebagian besar candi-candi di Yogyakarta merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan agung di abad ke-8 dan 9
Borobudur, Candi Budha Terbesar di Abad ke-9
Membaca Pesan dari Nirwana di Candi Gampingan
Candi Gebang
Candi Ijo, Candi yang Letaknya Tertinggi di Yogyakarta
Mengungkap Teka-Teki Bendungan Kuno di Sekitar Candi Kedulan
Candi Mendut
Candi Pawon
Candi Plaosan, Candi Kembar di Yogyakarta
Prambanan, Candi Hindu Tercantik di Dunia
21 Tahun Merangkai "Puzzle" Candi Sambisari
Candi Tara, Peninggalan Budha Tertua di Yogyakarta

Tempat-Tempat Menarik
Tempat-tempat menarik di Jogja memberikan pengalaman yang tak ternilai. Didalamnya tercermin gambaran kehidupan masyarakat Jogja yang ramah, guyub, dan berbudaya.
Agrowisata Turi, Menikmati Salak Pondoh di Taman Buah
Alun-Alun Kidul Yogyakarta, Mencari Ketenangan Hati dan Berkah
Menapaki Istana Pertama Ngayogyakarta Hadiningrat
Angkringan Lik Man, Menikmati Malam di Yogyakarta bersama Kopi Joss
Adisutijpto, Bandara Internasional di Yogyakarta
Beringharjo, Pasar Tradisional Terlengkap di Yogyakarta
Bintaran, dari Kediaman Pangeran Bintoro ke Kawasan Indisch
"Matahari" dalam Senjakala Bioskop Permata
Banyusumurup, Desa Kerajinan Aksesoris Keris
Kampung Serangan, Mengunjungi Kediaman Para Penatah Keris
Pasar Gabusan, Surga Kerajinan Bantul
Cerita Mural di Perempatan Galeria
Gereja Ganjuran, Bertemu Yesus dalam Wajah Jawa
Pesanggrahan Gua Siluman Yang Misterius
Kaliurang, Plesir ala Nyonya dan Meneer
Kasongan, Memburu Keramik di Pemukiman Kundi
Kampung Kauman, Pesona Perjuangan Islam
Kotabaru, Jelajah ke Kota Taman Tua
Kotagede, Menikmati Pesona Kota Tua
Kraton Yogyakarta, Pusat Jagad Raya
Taman Mural di Kolong Jembatan Layang Lempuyangan
Loji-Loji, Kawasan Indisch Pertama di Yogyakarta
Malioboro, Bernostalgia di Surga Cinderamata
Masjid Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakarta
Dusun Mlangi, Wisata Religius Islami
Ngasem, Pasar Burung Tertua di Yogyakarta
Pabrik Tegel Kunci, Mengenal Produksi Ubin-Ubin Klasik
Panggung Krapyak, Tempat Raja-Raja Berburu
Pasar Klithikan Yogyakarta, Berburu Barang Bekas dan Unik
Pabrik Cerutu Taru Martani, Legenda Cigar van Java
Pecinan Yogyakarta, Kawasan Dagang Bersejarah
Pabrik Gula Madukismo dan Besi Jembatan Sungai Kwai di Thailand
Prawirotaman, Kampung Batik dan Penginapan Yang Mendunia
Puncak Suroloyo, Meneropong Borobudur dari Pertapaan Sultan Agung
Istana Ratu Boko, Kemegahan di Bukit Penuh Kedamaian
"Berpetualang" Menyusuri Selokan Mataram
Sendang Sono, Lourdes-nya Indonesia
Sendang Sriningsih, Perantara Rahmat Tuhan
Sosrokusuman, dari Penginapan Murah hingga Wayang Kancil
Sosrowijayan, Kampung Turis di Pusat Kota Yogyakarta
Stasiun Tugu, Salah Satu Pemberhentian Kereta Tertua di Indonesia
Tamansari (Taman Sari)
Giwangan, Terminal Tipe A Terbesar di Indonesia
WANAGAMA, Sepenggal Kisah Reboisasi Hingga Pohon Jati Pangeran Charles
Pesanggrahan Warungboto dan Pesona Taman Air Abad 19

Pantai-Pantai Alami di Yogyakarta
Di sebelah selatan Yogyakarta, anda akan menjumpai banyak pantai. Pantai yang terdekat adalah Parangtritis. Ada pula pantai-pantai yang alami di wilayah Gunung Kidul, seperti Krakal, Baron, Wedi Ombo, dll.
Pantai Baron
Pantai Congot, Nuansa Khas Pantai Nelayan
Pantai Depok, Menikmati Hidangan Ikan Laut Segar
Pantai Drini
Pantai Glagah, Pemandangan Laguna Hingga Agrowisata
Pantai Krakal
Pantai Kukup
Pantai Ngobaran, dari Pura hingga Landak Laut Goreng
Pantai Ngrenehan
Parangkusumo, Pantai Cinta di Yogyakarta
Parangtritis, Pantai Paling Terkenal di Yogyakarta
Pantai Sadeng, Mengunjungi Muara Bengawan Solo Purba
Sepanjang, si Pantai Kuta Tempo Doeloe
Pantai Siung, Memiliki 250 Jalur Panjat Tebing
Pantai Sundak, Perkelahian Asu dan Landak yang Menuai Berkah
Pantai Trisik, Menikmati Suasana Pedesaan Pesisir
Pantai Wediombo, Memancing Ikan dari Bukit Karang

Museum dan Monumen di Jogja / Yogyakarta
Museum-museum di Jogja menyimpan bukti sejarah perjalanan budaya Jawa. Tak hanya itu, bukti-bukti sejarah nasional juga menjadi lambang kegagahan dan patriotisme bangsa Indonesia.
Museum Affandi, Mengunjungi Istana Sang Maestro
Museum Kekayon, Memutar Rekaman Sejarah Indonesia
Monumen Yogya Kembali, Jejak Peristiwa Enam Jam di Yogyakarta
Museum Kapal Samudraraksa
Sasana Wiratama, Mengenang Perjuangan Pangeran Diponegoro
Museum Sasmitaloka, Mengunjungi Kediaman Sang Guru
Museum Sonobudoyo, Menikmati Koleksi Keris Nusantara
Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal




de


Boko Sunrise, Melihat Matahari Terbit dari Puncak Bukit Tugel

Telah banyak orang mengunjungi Istana Ratu Boko yang semula bernama Abhayagiri Vihara, sebuah istana yang berdasarkan artinya berada di bukit penuh kedamaian. Namun, sedikit saja yang pernah merasakan kenikmatan berjalan dari lokasi istana ini dan trekking menyusuri bukit Boko pada dini hari dan menyaksikan fajar menyingsing di ufuk timur. YogYES mengajak anda menikmatinya untuk merayakan datangnya fajar baru di awal tahun.

Untuk menikmatinya, anda bisa mendaftar sebagai peserta Boko Trekking di Taman Wisata Candi. Sekali mendaftar, anda mendapatkan paket wisata berupa keliling Istana Ratu Boko, menikmati pemandangan senja di Plasa Andrawina (salah satu bangsal istana), bermalam dalam tenda dan trekking menyusuri bukit Boko melihat pemandangan matahari terbit serta melihat candi-candi di kompleks Ratu Boko. Tentu sebuah paket wisata menyenangkan di akhir tahun.

Perjalanan paling menarik, yaitu trekking untuk kemudian menikmati pemandangan matahari terbit, biasanya dimulai sekitar pukul 3 dini hari. Waktu yang sangat tepat untuk memulai perjalanan melihat fajar di awal tahun karena pasti di jam-jam sebelumnya anda akan lebih disibukkan dengan ritual meniup terompet sebagai pertanda tahun baru telah tiba. Pastikan kondisi fisik anda cukup mampu untuk berjalan setelah begadang semalam.

Medan menuju Bukit Tugel, tempat anda akan menikmati salah satu fajar terindah, sebenarnya tidak begitu sulit sehingga anda tak perlu merasa khawatir. Di samping itu, pihak penyelenggara tour telah menyediakan pemandu sehingga akan memudahkan petualangan anda yang baru pertama mendaki bukit. Namun demikian, beberapa peralatan pribadi seperti baju lapangan, helm, sepatu gunung, senter dan obat-obatan tetap perlu disiapkan.

Selama perjalanan menuju Bukit Tugel, anda memang kurang dapat melihat panorama alam sekitar karena hari masih gelap, namun anda dapat mendengar musik alam yang syahdu. Jika peka, anda bahkan dapat mengetahui saat musik alam itu mulai berganti menjelang pagi tiba, suara serangga tanah dan burung malam yang semula mendominasi digantikan oleh kok ayam, suara burung gereja dan sedikit keramaian yang ditimbulkan oleh aktivitas warga sekitar.

Perjalanan menuju Bukit Tugel melelahkan akan berakhir saat menjelang fajar sehingga anda dapat beristirahat sejenak untuk menunggu sang mentari menampakkan diri. Sambil duduk, menikmati kopi atau teh hangat yang dibawa dari tenda dan bercakap dengan teman tentu akan menyenangkan. Berbicara tentang rencana satu tahun ke depan dalam hidup masing-masing dan membuka diri terhadap masukan tentu menjadi sangat berarti.

Panorama langit mengagumkan akan tampak saat menunggu fajar tiba. Warna hitam malam akan tergantikan dengan gradasi warna kuning ke merah. Semakin lama, warna kuning akan semakin dominan menandakan matahari sudah mulai tinggi. Bila matahari telah benar-benar menghiasi pagi, maka warna langit yang semula hitam akan berganti biru dengan dihiasi awan berwarna putih. Bila anda membawa kamera, tentu menyenangkan bisa merekam setiap perubahan itu.

Begitu matahari telah terlihat bulat di ujung timur, barulah anda bisa menyaksikan pemandangan alam sekitar Bukit Tugel yang tak kalah mengagumkan. Menatap ke arah utara, anda bisa melihat Gunung Merapi yang berdiri kokoh di utara dengan bentukan serupa asap putih dari puncak gunungnya. Masih di arah utara, anda juga bisa melihat kegagahan Candi Prambanan yang menjadi candi Hindu tercantik.

Di arah lain, anda bisa melihat pemandangan kota Yogyakarta, persawahan dan pedusunan di sekitar bukit itu, beberapa candi yang terletak lebih di bawah, dan pemandangan menarik lainnya. Anda juga dibebaskan untuk menelusuri setiap sudut di Bukit Tugel itu. Setelah itu, anda akan berjalan pulang ke lokasi menginap semalam sambil menikmati pemandangan di kanan kiri trek menuju bukit Tugel.

Penulis: Yunanto Wiji Utomo
Artistik: Agung Sulistiono Mabruron
Copyright © 2006 YogYES.COM





KERATON RATU BOKO

Situs Candi/ Istana/ Keraton Ratu Boko


Gerbang Gapura Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)

Kompleks Situs Istana atau Keraton Ratu Boko berada di puncak bukit dengan ketinggian sekitar 196 meter atau tepatnya 195, 97 meter di atas permukaan laut menempati areal seluas 250.000 m2. Keraton Ratu Boko terletak di Bukit Boko, sekitar 19 kilometer ke arah timur dari kota Yogyakarta (menuju ke arah Wonosari), dari arah barat kota Solo sekitar 50 kilometer dan sekitar 3 kilometer dari Candi Prambanan ke arah selatan.

Kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Karena lokasinya berada di dataran tinggi, maka dari sini terlihat pemandangan yang memukau. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya. Selain itu, arah selatan, bila cuaca cerah, di kejauhan samar-samar dapat terlihat Pantai Selatan.

Sejarah Keraton Ratu Boko

Keraton Ratu Boko hingga sekarang masih menjadi misteri yang belum dapat dijelaskan kapan dan oleh siapa nama tersebut diberikan. Kata Keraton berasal dari kata Ke-Ratu-an yang artinya istana atau tempat tinggal ratu atau berarti juga raja, sedangkan Boko berarti bangau (burung-). Hal ini masih menjadi pertanyaan siapa sebenarnya Raja Bangau tersebut, apakah penguasa pada zaman itu atau nama burung dalam arti sebenarnya yang dahulu sering hinggap di kawasan perbukitan Ratu Boko?.

Reruntuhan Keraton Ratu Boko ini ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad setelah penemuan Van Boeckholtz, yaitu sekitar tahun 1890, FDK Bosch mengadakan riset arkeologis tentang peninggalan kepurbakalaan di selatan Candi Prambanan dalam laporan yang berjudul Kraton Van Ratoe Boko.

Sumber prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Panangkaran tahun 746-784 Masehi, menyebutkan bahwa Keraton Ratu Boko merupakan Abhayagiri Vihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri berarti bukit/ gunung, vihara berarti asrama/ tempat. Dengan demikian Abhayagiri Vihara berarti asrama/ tempat para bhiksu agama Budha yang terletak di atas bukit yang penuh kedamaian atau vihara tempat para Bhiksu mencari kedamaian, tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Pada periode berikutnya tahun sekitar tahun 856 Masehi, kompleks Abhayagiri Vihara tersebut difungsikan sebagai Keraton Walaing oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Oleh karena itu tidak mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak bercampur di bangunan ini.

Struktur tata letak Keraton Ratu Boko

Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan sejarah lainnya. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya, istana atau keraton ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Hal itu terlihat dari adanya sisa bangunan di kompleks ini berupa tiang-tiang pemancang meski kini hanya tinggal batur-batur dari batu andesit, mengindikasikan bahwa dahulu terdapat bangunan yang berdiri di atasnya terbuat dari bahan kayu. Selain itu terdapat pula tanah ngarai yang luas dan subur di sebelah selatan untuk daerah pertanian dan di Bukit Boko terdapat kolam-kolam sebagai tandon penampung air yang berukuran kecil hingga besar.


Kolam-kolam penampung air di Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)


Kompleks bangunan di Bukit Boko disebut sebagai keraton. Hal tersebut disinggung dalam prasasti dan juga karena mirip dengan gambaran sebuah keraton. Kitab kesusasteraan Bharatayudah, Kresnayana, Gatotkacasraya, dan Bhomakawya, menyebutkan bahwa keraton merupakan kompleks bangunan yang dikelilingi pagar gapura, di dalamnya terdapat kolam dan sejumlah bangunan lain seperti bangunan pemujaan dan di luar keraton terdapat alun-alun. Dengan demikian kompleks bangunan ini diduga memang merupakan kompleks istana atau keraton.

Tata ruang kompleks Keraton Ratu Boko relatif masih lengkap. Istana ini terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur.
o Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban.
o Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan, miniatur 3 candi, tembok keliling kompleks Keputren, dua kompleks kolam, dan reruntuhan stupa. Kedua kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di dasar kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk.
o Bagian timur terdapat kompleks bangunan meliputi satu buah kolam dan dua buah gua yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon, Stupa Budha, sedangkan,
o Bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.

Dari pintu gerbang istana menuju ke bagian tengah Bagian depan, yaitu bagian utama, terdapat dua buah gapura tinggi, gapura yang terdiri dari dua lapis. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Pada gapura pertama terdapat tulisan Panabwara. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi kekuatan agar lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.


Gapura Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)


Setelah melewati gapura utama ini, terdapat hamparan rumput luas, yaitu alun-alun. Sekitar 45 meter dari gapura kedua, sisi kiri alun-alun terdapat bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya candi ini digunakan untuk upacara pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.


Candi Pembakaran di Kompleks Ratu Boko (foto: arie saksono)

Arah tenggara dari Candi Pembakaran terdapat sumur misteri. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Airnya hingga kini masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan. Umat Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada kondisi harmoni awal. Sehari sebelum Nyepi proses upacara ini dilaksanakan dari Candi Prambanan.

Ke arah Barat, menyusuri Desa Dawung di lereng bukit, terdapat bekas kompleks keraton yaitu Paseban dan Batur Pendopo. Halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat langsung.


Kompleks Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)

Ke bagian timur istana, terdapat dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.

Keraton Ratu Boko: Kombinasi Peninggalan Budha dan Hindu

Hal yang menarik di Keraton Ratu Boko, selain peninggalan Budha juga ditemukan benda-benda arkeologis peninggalan Hindu seperti lingga, yoni, arca durga, dan ganesha. Meski didirikan oleh seorang Budha, Keraton Ratu Boko merupakan sebuah situs kombinasi antara Budha dan Hindu, ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang ada, yang biasanya terdapat pada candi Budha, selain itu terdapat pula tiga candi kecil sebagai elemen dari agama Hindu, dengan adanya Lingga dan Yoni, patung Dewi Durga, dan Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Pada masa itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.


Lingga simbol Hindu di Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)

Awal Kejayaan tanah Sumatera


Kompleks Istana/ Keraton ratu Boko merupakan saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa dijadikan sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa). Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, Kemudian ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.


Pemandangan Gunung Merapi di kejauhan dari Bukit Boko (foto: ©2007 arie saksono)


Pemandangan senja saat matahari terbenam dari atas kawasan Bukit Boko sangat indah. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya.

© 2007 arie saksono




KERATON RATU BOKO

Situs Candi/ Istana/ Keraton Ratu Boko


Gerbang Gapura Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)

Kompleks Situs Istana atau Keraton Ratu Boko berada di puncak bukit dengan ketinggian sekitar 196 meter atau tepatnya 195, 97 meter di atas permukaan laut menempati areal seluas 250.000 m2. Keraton Ratu Boko terletak di Bukit Boko, sekitar 19 kilometer ke arah timur dari kota Yogyakarta (menuju ke arah Wonosari), dari arah barat kota Solo sekitar 50 kilometer dan sekitar 3 kilometer dari Candi Prambanan ke arah selatan.

Kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Karena lokasinya berada di dataran tinggi, maka dari sini terlihat pemandangan yang memukau. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya. Selain itu, arah selatan, bila cuaca cerah, di kejauhan samar-samar dapat terlihat Pantai Selatan.

Sejarah Keraton Ratu Boko

Keraton Ratu Boko hingga sekarang masih menjadi misteri yang belum dapat dijelaskan kapan dan oleh siapa nama tersebut diberikan. Kata Keraton berasal dari kata Ke-Ratu-an yang artinya istana atau tempat tinggal ratu atau berarti juga raja, sedangkan Boko berarti bangau (burung-). Hal ini masih menjadi pertanyaan siapa sebenarnya Raja Bangau tersebut, apakah penguasa pada zaman itu atau nama burung dalam arti sebenarnya yang dahulu sering hinggap di kawasan perbukitan Ratu Boko?.

Reruntuhan Keraton Ratu Boko ini ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad setelah penemuan Van Boeckholtz, yaitu sekitar tahun 1890, FDK Bosch mengadakan riset arkeologis tentang peninggalan kepurbakalaan di selatan Candi Prambanan dalam laporan yang berjudul Kraton Van Ratoe Boko.

Sumber prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Panangkaran tahun 746-784 Masehi, menyebutkan bahwa Keraton Ratu Boko merupakan Abhayagiri Vihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri berarti bukit/ gunung, vihara berarti asrama/ tempat. Dengan demikian Abhayagiri Vihara berarti asrama/ tempat para bhiksu agama Budha yang terletak di atas bukit yang penuh kedamaian atau vihara tempat para Bhiksu mencari kedamaian, tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Pada periode berikutnya tahun sekitar tahun 856 Masehi, kompleks Abhayagiri Vihara tersebut difungsikan sebagai Keraton Walaing oleh Rakai Walaing Pu Khumbayoni yang beragama Hindu. Oleh karena itu tidak mengherankan bila unsur agama Hindu dan Buddha tampak bercampur di bangunan ini.

Struktur tata letak Keraton Ratu Boko

Istana Ratu Boko memiliki keunikan dibanding peninggalan sejarah lainnya. Jika bangunan lain umumnya berupa candi atau kuil, maka sesuai namanya, istana atau keraton ini menunjukkan ciri-ciri sebagai tempat tinggal. Hal itu terlihat dari adanya sisa bangunan di kompleks ini berupa tiang-tiang pemancang meski kini hanya tinggal batur-batur dari batu andesit, mengindikasikan bahwa dahulu terdapat bangunan yang berdiri di atasnya terbuat dari bahan kayu. Selain itu terdapat pula tanah ngarai yang luas dan subur di sebelah selatan untuk daerah pertanian dan di Bukit Boko terdapat kolam-kolam sebagai tandon penampung air yang berukuran kecil hingga besar.


Kolam-kolam penampung air di Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)


Kompleks bangunan di Bukit Boko disebut sebagai keraton. Hal tersebut disinggung dalam prasasti dan juga karena mirip dengan gambaran sebuah keraton. Kitab kesusasteraan Bharatayudah, Kresnayana, Gatotkacasraya, dan Bhomakawya, menyebutkan bahwa keraton merupakan kompleks bangunan yang dikelilingi pagar gapura, di dalamnya terdapat kolam dan sejumlah bangunan lain seperti bangunan pemujaan dan di luar keraton terdapat alun-alun. Dengan demikian kompleks bangunan ini diduga memang merupakan kompleks istana atau keraton.

Tata ruang kompleks Keraton Ratu Boko relatif masih lengkap. Istana ini terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur.
o Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban.
o Bagian tenggara meliputi struktur lantai, gapura, batur pendopo, batur pringgitan, miniatur 3 candi, tembok keliling kompleks Keputren, dua kompleks kolam, dan reruntuhan stupa. Kedua kompleks kolam dibatasi pagar dan memiliki gapura sebagai jalan masuk. Di dasar kolam, dipahatkan lingga yoni, langsung pada batuan induk.
o Bagian timur terdapat kompleks bangunan meliputi satu buah kolam dan dua buah gua yang disebut Gua Lanang dan Gua Wadon, Stupa Budha, sedangkan,
o Bagian barat hanya terdiri atas perbukitan.

Dari pintu gerbang istana menuju ke bagian tengah Bagian depan, yaitu bagian utama, terdapat dua buah gapura tinggi, gapura yang terdiri dari dua lapis. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Pada gapura pertama terdapat tulisan Panabwara. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi kekuatan agar lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.


Gapura Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)


Setelah melewati gapura utama ini, terdapat hamparan rumput luas, yaitu alun-alun. Sekitar 45 meter dari gapura kedua, sisi kiri alun-alun terdapat bangungan candi yang berbahan dasar batu putih sehingga disebut Candi Batu Putih. Tak jauh dari situ, akan ditemukan pula Candi Pembakaran. Candi itu berbentuk bujur sangkar (26 meter x 26 meter) dan memiliki 2 teras. Sesuai namanya candi ini digunakan untuk upacara pembakaran jenasah. Selain kedua candi itu, sebuah batu berumpak dan kolam akan ditemui kemudian bila anda berjalan kurang lebih 10 meter dari Candi Pembakaran.


Candi Pembakaran di Kompleks Ratu Boko (foto: arie saksono)

Arah tenggara dari Candi Pembakaran terdapat sumur misteri. Konon, sumur tersebut bernama Amerta Mantana yang berarti air suci yang diberikan mantra. Airnya hingga kini masih sering dipakai. Masyarakat setempat mengatakan, air sumur itu dapat membawa keberuntungan. Umat Hindu menggunakannya untuk Upacara Tawur agung sehari sebelum Nyepi. Penggunaan air dalam upacara diyakini dapat mendukung tujuannya, yaitu untuk memurnikan diri kembali serta mengembalikan bumi dan isinya pada kondisi harmoni awal. Sehari sebelum Nyepi proses upacara ini dilaksanakan dari Candi Prambanan.

Ke arah Barat, menyusuri Desa Dawung di lereng bukit, terdapat bekas kompleks keraton yaitu Paseban dan Batur Pendopo. Halaman paling depan terletak di sebelah barat, terdiri atas tiga teras. Masing-masing teras dipisahkan oleh pagar batu andesit setinggi 3,50 meter, dan tebing teras diperkuat dengan susunan batu andesit. Batas halaman sebelah selatan juga berupa pagar dari batu andesit, namun batas utara merupakan dinding bukit yang dipahat langsung.


Kompleks Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)

Ke bagian timur istana, terdapat dua buah gua, kolam besar berukuran 20 meter x 50 meter dan stupa Budha yang terlihat tenang. Dua buah gua itu terbentuk dari batuan sedimen yang disebut Breksi Pumis. Gua yang berada lebih atas dinamakan Gua Lanang sedangkan yang berada di bawah disebut Gua Wadon. Persis di muka Gua Lanang terdapat sebuah kolam dan tiga stupa. Berdasarkan sebuah penelitian, diketahui bahwa stupa itu merupakan Aksobya, salah satu Pantheon Budha.

Keraton Ratu Boko: Kombinasi Peninggalan Budha dan Hindu

Hal yang menarik di Keraton Ratu Boko, selain peninggalan Budha juga ditemukan benda-benda arkeologis peninggalan Hindu seperti lingga, yoni, arca durga, dan ganesha. Meski didirikan oleh seorang Budha, Keraton Ratu Boko merupakan sebuah situs kombinasi antara Budha dan Hindu, ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk yang ada, yang biasanya terdapat pada candi Budha, selain itu terdapat pula tiga candi kecil sebagai elemen dari agama Hindu, dengan adanya Lingga dan Yoni, patung Dewi Durga, dan Ganesha, serta lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudra ya namah swaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain Dewa Siwa. Adanya unsur-unsur Hindu itu membuktikan adanya toleransi umat beragama yang tercermin dalam karya arsitektural. Pada masa itu Rakai Panangkaran yang merupakan pengikut Budha hidup berdampingan dengan para pengikut Hindu.


Lingga simbol Hindu di Keraton Ratu Boko (foto: ©2007 arie saksono)

Awal Kejayaan tanah Sumatera


Kompleks Istana/ Keraton ratu Boko merupakan saksi bisu awal kejayaan di tanah Sumatera. Balaputradewa sempat melarikan diri ke istana ini sebelum ke Sumatera ketika diserang oleh Rakai Pikatan. Balaputradewa memberontak karena merasa dijadikan sebagai orang nomor dua di pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno akibat pernikahan Rakai Pikatan dengan Pramudhawardani (saudara Balaputradewa). Setelah ia kalah dan melarikan diri ke Sumatera, Kemudian ia menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.


Pemandangan Gunung Merapi di kejauhan dari Bukit Boko (foto: ©2007 arie saksono)


Pemandangan senja saat matahari terbenam dari atas kawasan Bukit Boko sangat indah. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya.

© 2007 arie saksono


T